Thursday, July 14, 2016

Jangan Kejauhan Mikirin Jodoh (Juga Cinta dan Pernikahan)


Ini akan jadi postingan yang ngaco. Saya udah siap-siap untuk makan di luar dan seharian ga masak, tiba-tiba ayah saya minta tolong ngurusin aplikasi visa online ke negeri anu. Tiket pp udah dibeli, hotel udah dipesen, kudunya berangkat 2 minggu lagi tapi lupa negara anu itu minta VOA online, mana bayarnya kudu pake kartu kredit dan prosesnya panjang bener

mbok ya sesama negara berkembang jangan saling merepotkan gitu lo - negara sebelah yang maju aja bebas visa ke kita.

Yang awalnya dikira akan makan waktu 15 menit ternyata molor jadi sejam lebih dan saya yang udah cakep (*barf) tapi lapar ini memutuskan untuk nulis blog dengan tema impulsif.

Saya pengen ngobrol sama kalian soal jodoh. Heran saya sama media sosial jaman sekarang...gencar ya ngomongin jodoh. Ini itu ngegalau jodoh. Ini itu ngetawain jomblo. Kesannya dapet jodoh itu keren, terus yang jomblo itu engga laku.

Saya suka sedih kalo merenungkan orang yang membuat kesan seolah-olah dapet jodoh itu keren dan jomblo itu engga laku (I'm staring at you, Meme Makers!). Alasannya jelas: jodoh itu di tangan Tuhan. Urusan kita dapet jodoh siapa, di mana, dan kapan itu semua Allah yang memutuskan. Sesungguhnya kita tidak punya kuasa apapun dalam rangka pencarian jodoh tersebut kecuali memantaskan diri dan berdoa.

Kalo kita hanya bisa memantaskan diri dan berdoa, emang bisa gitu ketemu jodoh? Saya yakin bisa. Yang saya curigai selama ini adalah manusia-manusia jaman sekarang suka overthinking soal jodoh. Semuanya dipikir kejauhan: Bener gak ya dia jodohku? Apakah kami ditakdirkan bersama? Apa mungkin jodohku bukan dia? Gimana kalo jodohku datang belakangan? Gimana kalo aku engga bener-bener cinta sama dia? Gimana kalo entar aku menyesal?

Jangan berat-berat mikirin jodoh, Tsay :D

Jodoh itu sederhana karena yang namanya hati itu bisa tumbuh. Aisyah Radhiyallahu Anh yang masih anak-anak engga mikir kejauhan waktu dinikahkan ayahnya dengan Baginda Rasulullah dan menjalani hidup yang bahagia hingga akhir hidup Rasul. Itu kenapa menurut L? Kata G sih karena cinta itu adalah salah satu jenis perasaan - dan perasaan manusia itu sesungguhnya hanya ilusi.

Kalo contoh soal ummul mukminin dan Rasulullah terlalu ekstrem, coba sini saya kenalin sama kisah kakek nenek saya. Nenek saya Bu Mud dilamar kakek saya Pak Soleh ketika usianya baru 9 dan tidak mengenal satu sama lain. Mereka hidup saling mengasihi lebih dari 40 tahun hingga kakek saya kembali ke tempat asalnya lebih dulu. Kisah cinta kakek nenek ini sangat klasik. Saya yakin kalian semua tahu paling tidak satu kisah yang sama tentang kakek nenek kalian sendiri atau mungkin kakek nenek orang lain.

Sebetulnya, cinta itu - sebagaimana produk hati kita yang lain - diciptakan oleh entitas yang sama yang juga menciptakan hidup kita, rambut kita, mata kita dan hal-hal luar biasa yang bahkan tidak pernah kita lihat sebelumnya. Entitas luar biasa itu yang memerintahkan kita untuk menyegerakan bertemu jodoh, Dia pula yang akan memastikan kita punya cadangan cinta untuk membahan bakari kelangsungan perjodohan kita. Rasanya gak cukup saya ulangi: hati kita itu lemah sekali, Say. Bisa kok kita dari benci tiba-tiba jadi suka banget, dari suka banget tau-tau benci banget. Kalo gak bisa mah gabakal kali jadi bahan cerita generik judul-judul FTV.

Usul saya, jangan kepanjangan menilai cinta. Cinta itu bukan curah hujan; bukan kepadatan massa tulang; bukan pula jumlah penduduk yang bisa kita ukur pake meteran. Cinta itu cuman serangkaian reaksi kimia di otak yang muncul akibat stimulasi tertentu dan bisa banget berubah. Dikiranya perempuan lihat laki-laki bekerja keras gak akan jatuh cinta. Dikiranya perempuan diperlakukan baik sama laki-laki gak akan jatuh cinta. Dikiranya perempuan sering ngobrol sama laki-laki gak akan jatuh cinta. PASTI AKAN JATUH CINTA, bray. Apalagi tiap hari bobo di kasur yang sama, ngobrol topik yang sama, lalu menghasilkan anak yang sama.

Ada baiknya kita pikir-pikir lagi: apakah pemahaman kita selama ini tentang cinta itu murni? Apakah sebetulnya pemahaman kita sudah terkontaminasi westernisasi terselubung dari lagu, film, dan pop culture impor lainnya? Cinta itu nggak yang begitu kok: bukan melulu soal fisik dan perasaan terbang ke langit ke tujuh. Kadang kita gak sadar terjerumus rayuan setan untuk mendekati hal-hal yang dilarang oleh Pencipta Kita. Pacaran sampe 5 taun udah kaya kredit motor gak taunya nikah sama yang lain bukan jodoh. Pfffft.

Terus, kalo jodoh udah ketemu, jangan berat-berat ya menghayati makna pernikahan. Pernikahan itu ibadah: kita kerjakan karena itu perintah Allah. Jadi, nggak usah jauh-jauh menghayati yang namanya cinta. Jangan sampe sibuk mikirin "aduh aku teh engga cinta-cinta amat sama suamiku/isteriku" terus jadi lupa kewajiban kita sebagai subjek rumah tangga ((subjek wkwk)). Kayaknya perlu kita ingat bahwa perasaan manusia ini fana. Konsentrasi kita mestinya sama apa yang kudu kita kerjakan, bukan sama apa yang kita sedang rasakan.

Ini essay udah makin ngaco. Biar tambah ngaco lagi, saya tambahin keluhan soal media sosial - yang lagi-lagi - menciptakan opini orang tentang orang yang mengumumkan pernikahan seolah-olah adalah orang yang menyombongkan dirinya yang laku lebih dulu. Malah ada akun sosmed yang bilang bahwa menceritakan cerita-cerita pernikahan itu kayak mengejek tipis-tipis yang belum nikah. Heloh heloh heloh, nikah itu cuman siklus, Tsay :D Gak ada bedanya seperti lahir dan mati. Emang kalo kita cerita soal bayi lahir dan orang mati artinya kita pamer gitu?

Di tulisan yang panjang ini saya cuman mau berbagi pikiran saya terhadap kaum jombs dan kaum yang sudah menikah di luar sana, overthinking itu bikin sedih. Kita kerjakan aja porsi kita masing-masing dalam hidup ini dan meniatkannya sebagai amal. Nanti di kehidupan yang lain, nggak ada lagi kok orang jombs. Baik yang sudah nikah maupun belum nikah juga akan dikumpulkan dengan orang-orang saleh yang dicintainya di dunia. Insya Allah.

<rambling ends here>

Tuesday, July 5, 2016

Refleksi Ramadhan Tahun Ini

Untuk ke 25 kalinya saya diizinkan Allah subhanahu wa ta'ala untuk merasakan nikmatnya ramadhan. Dulu ketika saya masih anak-anak, ramadhan artinya baju baru dan deg-degan mikirin angpau. Ketika saya udah agak gedean seperti sekarang, ramadhan tiba-tiba memiliki makna yang sangat berbeda.

Beberapa minggu sebelum ramadhan, orang yang saya kenal dari masa kecil saya secara mengejutkan dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dia lebih muda empat atau lima tahun daripada saya dan menurut banyak orang, dia adalah remaja yang ramah, tidak banyak tingkah, dan ilmu agamanya bagus. Kata sholeh mungkin lebih tepat untuk mendeskripsikan dia. Ketika berita tentang dia baru sampai pada tahap "si fulan hilang", pikiran saya saat itu hanya "mungkin bentar lagi juga ketemu".

Tapi kemudian berita "si fulan hilang" berkembang menjadi "jenasahnya sudah ketemu". Saat itulah saya merasakan cambukan yang keras di rongga dada saya.

Ternyata anak muda pun bisa mati.

Maaf jika saya mengungkapkan fakta yang bodoh. Saya juga tahu semua orang dalam rentang umur berapa pun bisa mati. Bayi bisa mati. Balita bisa mati. Remaja bisa mati. Orang dewasa bisa mati.

Tapi ketika anak muda itu orang yang kalian kenal sejak kalian masih berusia 8 (dan dia masih 4) dan sejak saat itu hampir tiap hari terlihat di sekitaran rumah, mengetahui bahwa dia dipanggil Tuhan lebih dahulu adalah hal yang sulit.

Apakah setelah dia, saya yang akan mati berikutnya? Apakah hidup kita ini cuman arisan menunggu giliran mati?

Kurang lebih dua minggu setelahnya, saya jatuh sakit. Hari pertama demam berdarah adalah hari yang sangat buruk hingga mustahil rasanya seseorang tidak berpikir bahwa dirinya akan mati. Saya takut sekali - dengan kepala, tangan, perut dan kaki yang sakit, saya sudah kehilangan fungsi. Terbayang hidup saya di masa lalu yang jauh dan masa lalu yang dekat, lalu sadar bahwa diri saya ini hanyalah seonggok daging fana yang isinya hanya dosa.

Banyak tahun yang saya lewatkan mengetahui bahwa apa yang saya lakukan adalah hal yang keji, tapi saya tetap melakukannya.

Untungnya, saya tidak mati karena sakit itu. Hingga detik ini saya masih hidup - bisa jadi karena terlalu banyak dosa. Tapi tidak mati saat itu bukan berarti sebentar lagi saya masih akan tetap hidup. Besok atau lusa bisa saja malaikat maut dapat order untuk menjagal saya.

Takut sekali saya ini pada kematian. Kalau mati cuman perkara "poof! hilanglah engkau dari dunia ini, habislah hartamu, berpisahlah dari kecintaanmu!", saya sih oke-oke saja. Hilang = KELAR PERKARA. Masalahnya, mati hanyalah sekedar pindah: seperti tahanan dipindah dari sel untuk pergi ke pengadilan. Saya akan dihakimi atas tindak kriminal yang sering saya kerjakan dengan penuh kesengajaan ketika saya hidup. Masalahnya, hakimnya punya banyak saksi; kejahatan saya berat; dan yang paling gawat, pengacara saya fresh graduate berIPK rendah lulusan kampus kurang ternama. 

Walau ternyata memang hidup kita ini cuman arisan menunggu giliran mati, baguslah saya masih hidup ramadhan tahun ini. Semoga ramadhan tahun depan juga bukan giliran saya dapat arisan.

Sunday, July 3, 2016

Review Cosrx BHA Blackhead Power Liquid

Edit 17 Desember 2016:

Pas pertama nulis review soal Cosrx Blackhead Power Liquid ini 5 bulan lalu, asli saya nggak kepikiran bakal banyak yang baca. Jadi mohon meklum yaa kalo tulisannya awut-awutan... Sekarang setelah 6 bulan nonstop pake Cosrx Blackhead Power Liquid ini dan TERKESIMA, saya putuskan untuk ngerevisi review saya.

ini nih makhluknya
Awal-awal muncul dan direview blogger-blogger Amerika, saya langsung penasaran berat sama Cosrx Blackhead Power Liquid ini. Klaimnya, produk ini mengandung Betaine Salicylate yang punya aktivitas antiradang dan pengelupasan ringan pada kulit. Saat itu, kulit saya sebetulnya sih bukan yang banyak jerawat gitu, tapi pori-pori saya jenis yang gampang tersumbat. Ini udah bagus banget sebetulnya, soalnya pas masih sekolah dulu saya sering jerawatan kecil karena salah perawatan dan hormonnya labil.


Saya beli botol pertama Cosrx Blackhead Power Liquid ini seharga Rp 199.000,00 di salah satu seller Tokopedia. Botol yang kedua harganya Rp 185.000,00 di Shopee. Saya pakai Cosrx Blackhead Power Liquid ini sejak Juni 2016-Desember 2016 dan itu baru habis sebotol! Asli baru subuh hari ini saya harus buka botol yang kedua. Cosrx Blackhead Power Liquid ini bener-bener concentrated, gak perlu banyak-banyak pakainya udah ngefek banget.

jelek yah fotonya? Sengaja sih biar gak dipake dagang online shop :))


Tampilan luar:
  • botol plastiknya ternyata kecil banget. Tapi kita semua tahu, ukuran apapun tidaklah menentukan prestasi.
  • Cairannya agak sedikiiit lebih kental dari air dan lengket di kulit. Pernah saya pakein di suami saya dan langsung dia bilas kontan. Payah emang dia anaknya, suka susah diajak mulus.
  • Bebas alkohol, pewarna dan parfum. Yang terakhir penting banget, soalnya saya suka mual-mual kalo mengendus kosmetik yang wangi.
  • Pompa botolnya fungsional dan ga macet-macet hingga detik terakhir.
Cara saya menggunakan per Desember 2016:
  1. Cleansing water
  2. Cuci pake face wash
  3. Pake Cosrx BHA Blackhead Power Liquid, tunggu 15 menit
  4. Tumpuk Innisfree White Tone Up Lotion


sejak Desember 2016, saya cuman pake 4 tahap di atas

Hasil di Saya:
  •  Cosrx BHA Blackhead Power Liquid ini efektif banget mencegah jerawat. Dua bulan terakhir saya nggak pernah lagi dapet jerawat gede, bahkan pas lagi datang bulan.
  • Cosrx BHA Blackhead Power Liquid ini juga efektif menghilangkan kemerahan karena iritasi. Jadi Agustus kemarin saya nyoba pakai krim tretinoin+hidrokinon untuk mengobati melasma di area tulang pipi dan kemudian iritasi hebat. Iritasinya merah-merah dan jendol jerawat gitu. Saya pake BHA Power Liquid ini 2 kali pompa di area yang iritasi 2 kali sehari tiap subuh dan dzuhur, 4 hari kemudian merah-merah dan jendolannya musnah seperti sulap. Emeijing bukan?  
  • Foto di bawah adalah hasil pemakaian Cosrx BHA Blackhead Power Liquid di saya. Itu fotonya bare face yah, maaf kalo pada belom sarapan. Efek yang paling kelihatan di kamera adalah bekas jerawat hilang. Noda-noda lain yang masih terlihat adalah dosa-dosaku yang bertumpuk melasma T_T
malah mirip topeng kematian Dante Alighieri. Paling kiri: Pemakaian 1 bulan. Tengah: Pemakaian 4 bulan. Paling kanan: Pemakaian 6 bulan.

Status Kehalalan:

Dulu juga saya ngotot cuman mau pakai produk Amore Pacific (kecuali pensil alis yah. Pensil alis saya muter-muter dari Innisfree, Tony Moly, The Face Shop sama Etude) karena khawatir status kehalalan Cosrx. Pas googling, ada blogger yang udah email mereka dan dijawab bahwa semua produk mereka dibuat dari bahan-bahan sintetis kecuali lendir bekicot dan produk-produk lebah. Googling sendiri ya kalo pengen tahu. Intinya: Insya Allah halal.

Kicauan Lain:
Saya suka perawatan yang panjang dan repot kaya gitu. They feel ritualistic. Lama-lama cape juga pake produk banyak-banyak gitu. Baru setaun udah gak tahan rasanya. Sekarang saya cuman bertahan dengan double cleansing, Cosrx BHA Blackhead Power Liquid ini dan lotion Innisfree White Tone Up Lotion yang entah kapan akan habisnya.

Semoga review Cosrx BHA Blackhead Power Liquid ini bermanfaat ya!