Saturday, August 29, 2015

Bahasa Australia

Bahasa itu suka-suka pemakainya sih ya. Sama-sama berbahasa Inggris, belum tentu juga semua orang ngerti tanpa mengernyitkan jidat. Lha wong saya yang orang Malang kadang denger temen saya yang orang Gresik atau Surabaya ngobrol aja bisa gak paham, apalagi ini orang-orang yang walaupun sama-sama berbahasa Inggris, tapi terpisah benua nun jauh di sana.
Saya nggak tau ya orang lain gimana, tapi saya menganggap diri saya keracunan logam berat Hollywood yang (insya Allah) ditandai dengan kemampuan menonton film Amerika tanpa subtitle dari awal sampe akhir. Tapi, hari pertama saya masuk bandara Perth, selain gegar karena di sini pemeriksaan bagasi dilakukan oleh ANJING HIDUP, saya juga gegar karena...nggg saya gak paham blas bule-bule di bagian imigrasinya ngomong apa.

Kalian tau kan dulu di sekolah gimana kita diajarin ngomong Hello? Orang sini tuh ngomong hello rada-rada berbunyi helloy tau gak. No juga jadi berbunyi noy. Itu baru dua kata ya. Bayangin kalo mereka ngomong satu kalimat, satu paragraf, apalagi ceramah...

Prasaan dulu kuliah juga gak bodo-bodo amat padahal T___T

Butuh beberapa waktu bagi kuping bolot ini untuk paham apa yang bule-bule itu ucapkan. Sementara belom paham, siapkanlah senyum lebar meyakinkan sambil ngangguk-ngangguk bilang "yeh...yeh..." hehehe.

Sampe sekarang pun kemampuan listening saya masih tingkat anak PAUD deh kayaknya. Jadi ya saya gak jamin informasi yang saya sediakan di daftar ini akurat. Semua cuman berdasar pengalaman saya yang gak banyak dengan latar belakang saya yang berlidah dan berkuping Arema tulen yang selama hidup di dunia banyak mendengar orang misuh hehehe.

1. Arvo: singkatan dari "afternoon". Artinya: siang. Contoh: Hi Esky, are you working this arvo?
2. Bikkie: singkatan dari "biscuit". Artinya: ban dalem truk. Ya enggak lah, artinya biskuit juga.
3. Brekky: singkatan dari "breakfast". Artinya: sarapan. Ada plangnya di depan Hungry Jacks
4. BYO: singkatan dari Bring Your Own. Ini maksudnya adalah restoran atau kafe yang gak punya izin untuk memperdagangkan minuman beralkohol, jadi mereka mengizinkan para tamunya untuk membawa sendiri bir atau anggurnya masing-masing dengan biaya tertentu. Lawannya adalah licensed restaurants/cafes. Untuk bisa kerja di tempat-tempat yang berlisensi alkohol, kalian harus punya sertifikat RSA (Responsible Service of Alcohol)

5. Capsicum: artinya paprika. Orang Amerika bilangnya pepper. Contoh: "What is inside this Mongolian Lamb dish?" "It's lamb and capsicum"
6. Chips: artinya kentang goreng. Orang Amerika bilangnya fries. Pernah suatu hari saya ngobrol sama temen saya Fima yang waktu itu ada di New York soal makanan-makanan halal. Kira-kira percakapannya gini.
Saya: "Di sana ada fish and chips gitu gak sih, Fim?"
Fima: "Banyak kok ikan sama keripik di sini, Li." :))) #eeeaaa #salah referensi dua-duanyaaaa

photo courtesy of Kate James at http://www.weekendnotes.com/profile/401284/



maksudnya sih yang itu, tapi di Amerika kayaknya benda itu gak populer/beda nama :))

7. Doona: artinya quilt; semacam selimut yang juga berfungsi sebagai sprei kasur. Sebetulnya doona ini merk. Jadi kayak orang kita bilang pasta gigi itu odol gitu. Orang Amerika bilang comforter (coba nonton itu 22 Jump Street), orang Inggris bilangnya duvet, atau quilt juga sih.

8. Dummy: artinya dot bayi. Bahasa kamusnya sih kayaknya pacifier deh ya.
9. EFTPOS: nggg ini singkatan dari Electronic Funds Transfer at Points of Sale, artinya pembayaran debit pake ATM itu.. Baca-baca dari internet sih sebetulnya penemunya orang Amerika, tapi dijadiin merek dagang di Australia.

10. Esky: selain nama kecil suami saya, di sini esky berarti kotak pendingin kayak semacam yang dibawa ibu-ibu penjual Yakult keliling itu loh. Yang kepo kenapa saya gak pernah manggil dia pake nama itu adalah karena suami saya ini mukanya keras dan tatoan. Manggil dia Esky rasanya kayak manggil Agung Hercules...Bubu, misalnya.

Masa orang yang bodinya benjol-benjol begini namanya Bubu? Ini fotonya dari wikipedianya ya




11. Flat white: artinya kopi yang separuh espreso, separuh foam susu.
12. "Hay?" "Hey?": adalah cara orang sini untuk ngomong "ha?" atau "he?" ketika gak denger jelas apa yang diucapkan lawan bicaranya.
13. Heaps: artinya banyak. Contoh kalimat: "We got heaps of expired Fanta from the supplier"
14. Hungry Jacks: di Australia, karena alasan-alasan tertentu Burger King berubah nama. Jualannya sih tetep Whopper (disini dilafalkan wopah) dan teman-temannya. Yang pengen kepo lebih lanjut, baca informasi wikipedianya aja ya.

14b. Kindy: artinya TK alias kindergarten. Contoh kalimat: Kids start going to kindy at 4.

15. Kiwi: artinya orang New Zealand. Kami tinggal sama satu orang Kiwi saat ini ngomong-ngomong. Ibunya orang Inggris dan bapaknya Maori. Kulitnya gelap tapi matanya biru.
16. Lemon Lime and Bitters: Semacam minuman yang aslinya beralkohol yang dibuat dari lemonade, cordial dan Angostura bitters plus irisan lemon. Versi non alkoholnya dibuat dari lemonade (merk Schweppes/Kirks/Sprite) dan cordial sama irisan lemon aja. Rasanya? Pait. Ini informasi wikipedianya.

16b. Loo: artinya toilet. Tau ini gara-gara beberapa hari lalu ada ibu-ibu tau-tau markir mobil depan rumah terus minta numpang ke loo -___-
17. Man's Shed: artinya semacam bangunan di belakang rumah yang terpisah dari rumah induk dan umumnya disewakan untuk tempat tinggal. Tapi gak melulu gitu sih, soalnya di kawasan anak backpacker di Foreshore Drive, ada juga man's shed yang berupa bangunan gedung gitu.

18. Nappy: artinya popok, mungkin disingkat dari napkin. Bahasa kamusnya sih diaper kali.
19. No worries: adalah jawaban dari ucapan "Thank you". Versi Cinta Lauranya adalah "No problem"
20. Power point: artinya colokan listrik.
21. Pram: artinya kereta dorong bayi. Bahasa kamusnya mungkin stroller ya.
22. Reckon: adalah kata kerja yang artinya semacam guess, think.
Contoh: "I reckon she's very pretty" ("Menurut aku sih dia cakep banget") 
              "Oh you reckon?" ("oh gitu/masa sih?" dalam arti positif dan gak ngejek)

23. Rego: singkatan dari (car) registration; semacam biaya STNK gitu kalo di Indonesia.
24. RSA: (sertifikasi) Responsible Service of Alcohol adalah sebuah sertifikasi yang memastikan kalian tahu batasan-batasan dalam penjualan minuman beralkohol. Sertifikatnya bisa diperoleh online dan pasti akan berguna kalo kalian pengen kerja di sektor hospitality di Australia. Tapi ya gak semua restoran minta sih. Restoran BYO gak akan minta pegawainya punya ini.

24b: Sick: ini adjektiva yang artinya keren. Saya tahu kata ini dari temen-temen kerja saya, tapi terus lupa karena gak pernah denger ada orang yang bener-bener memakai kata ini dalam percakapan. Tapi terus pas saya lagi kepo instagram makeup artist Indonesia, eh ada yang komentar begini dong. Ternyata yang komen orang Ostrali.

25. Streets (merek): adalah merek es krim yang kita sebut Walls di Indonesia
diambil dari situs unilever Australia
25. Stubbies: artinya bir dalam botol. Merk-merk bir terkenal di Australia antara lain Carlton Dry dan Corona. Di mana-mana ada aja orang minum itu. Koreksi dikit dari Kak Evie Norman, Corona itu buatan Meksiko yaa

26. Sunnies: singkatan sunglasses alias kaca mata hitam. Eh ngomong-ngomong, sekarang saya jadi rajin pake sunnies ini. Coba aja siang-siang di sini nyetir mobil gak pake sunnies, pasti berasa adegan sinetron "AKOH BOTAAAHH"
27. Superfund/superannuation: dana pensiun yang dibayarkan oleh bos kalian di luar gaji yang kalian terima secara rutin yang bisa dicairkan nanti ketika umur kalian 65 atau kalian keluar selamanya dari Australia. Jumlahnya cukup fantastis kalo dihitung sama orang-orang sini: miliaran rupiah.

28. Ta!: artinya thank you. Sangat populer di kalangan balita dan para lansia yang makan di restoran. Kalo orang sini yang ngomong kadang di kuping bolot saya terdengar seperti cha. Biasanya dikombo sama ucapan "Cheers". jadinya "Cheers! Ta!" Artinya? Ya makasih aja gitu. Konon "ta" berasal dari bahasa mami-mami yang ngajarin bayi-bayinya untuk bilang thank you.

29. TAFE: Training and Further Education. Semacam kampus yang menyediakan pendidikan singkat setara diploma untuk banyak disiplin ilmu, dari masak sampe mijet. Kampus yang di Geraldton insya Allah kalo gak salah ketik namanya Durack University.

30. TFN: Tax File Number alias NPWP. Wajib diurus untuk bisa kerja legal, nanti pajaknya dikirim sama bos kalian ke pemerintah. Sebagai penduduk negara kaya, orang-orang sini selalu dapet pajaknya balik di tiap akhir bulan Juni. Uangnya bisa diurus sampe tanggal 31 Oktober tahun tersebut.

31. Uni: singkatan university. Contoh kalimat: "She resigned because she's going to uni." Btw, anak-anak sini agak telat ya masuk kampusnya. Di Indonesia, anak umur 17 biasanya udah kuliah. Di sini, kayaknya umur 19 baru pada ngampus. Tapi ya gak tau lagi sih. Yang tau tolong dikoreksi hehe

Yaa itu aja sih kayanya yang bikin anak kampung kayak saya agak-agak gak ngeh awalnya. Kalo ada yang unik lain, boleh deh ditambahin sendiri hehehe. Udah dulu ah, mau googling resep lodeh lagi. Bubayyy....

Saturday, August 1, 2015

Pengalaman dengan Chemical Pregnancy

Chemical pregnancy? Jangan coba-coba diterjemahkan pake google translate yaa... Chemical pregnancy kayaknya belum ada bahasa Indonesianya nih, jadi jelas bukan hamil kimia.

Aslinya saya juga bingung mau jelasin dari mana, jadi mending saya ceritain awal mulanya aja ya.

Sejak saya pindah ke kota ini bulan pertengahan April, saya merasa banyak banget hal abnormal yang terjadi pada diri saya. Pertama, saya ini agak-agak anemia jadi badan saya dalam kondisi default emang selalu kedinginan. Kedua, saya jarang sekali lapar dan hampir gak pernah makan sampai kenyang. Ketiga, saya insomnia parah dan jarang bisa tidur nyenyak. Tapi, begitu sampai di sini beberapa hari, saya kepanasan! Tangan dan kaki saya selalu kerasa panas jadi saya suka geser-geserin kaki dan tangan di kasur. Plus, saya merasa jadi sering sekali laper. Begitu makan, saya gak akan bisa berhenti sampe kenyang. Selain itu, saya juga jadi gampang capek dan ngantuk. Kalo udah tidur, saya gak akan bisa bangun kecuali udah genap 12 jam tidurnya.

Saya pikir saya cuman kecapean akibat semua urusan nikah dan pindah-pindahan ini. Seperti yang udah sering saya ceritakan, hari pertama kami menikah; hari kedua kami terbang dari Malang ke Bali untuk sekedar honeymoon semalem di Kuta; lalu hari ketiga kami terbang 4 jam dari Bali ke Perth, lalu marathon suami saya nyetir kurang lebih 5 jam dari Perth ke Geraldton.

Setelah seminggu lebih, saya mulai merasakan gejala-gejala PMS seperti sakit di bagian dada, jerawat dan rasa capek yang terus-terusan di pinggang sama kaki saya. Waktu saya cerita sama S, dia bilang saya mungkin mau dapet haid aja. Selama ini haid saya emang gak pernah teratur sih, jadi saya pikir ya mungkin emang PMS. Tapi entah kenapa, saya merasakan dorongan yang besar banget untuk beli alat uji kehamilan. Jadilah beberapa hari kemudian waktu saya belanja berdua sama S, saya ngotot ke apotek untuk beli alat uji kehamilan yang ajubile deh mahalnya. Isi 3 biji harganya $12 masa! Yang mau ke sini dari Indo dan udah nikah, mending siap-siap beli di Indo deh test pack nya.

Pulang-pulang itu, saya langsung dengan semangatnya pipis terus pake alat uji kehamilannya. Semenit dua menit...ih negatif dong! Cuman muncul satu garis di alatnya. Saya seneng banget terus langsung lari ke kamar gak sabar mau ngasih tau S.

Tapi ternyata dunia berkonspirasi melawan kami.

Secara misterius, garis yang awalnya cuman satu, TIBA-TIBA BERUBAH MENJADI DUA DONG.

Sumpah ya, saya langsung merasa bego saat itu juga. Bego dan rabun, tepatnya. Saya yakin banget awalnya cuman satu garis, eh ternyata ada dua! Sampe saya puter-puter bendanya, berharap ada keajaiban ilahiah yang membuat garis satunya bisa turun kayak termometer yang dikocok gitu.

Tetep, garisnya ada di situ. Dua setrip.

S dan saya gak bisa ngomong apa-apa. Kami cuman pandang-pandangan bingung.

Malem itu saya gak bisa tidur. Saya sibuk googling tentang "false positive pregnancy" dan "how do I terminate my pregnancy in WA".

Ya, saya emang yakin banget saya belum mau punya bayi saat itu. Kondisi kami waktu itu betul-betul gembel di mana saya belum kerja dan suami saya baru saja diberhentikan dari tempat kerjanya sampe-sampe untuk beli pregnancy test kit yang $12 itu rasanya kami kayanya bakalan gak makan sampe seminggu ke depan deh. Lebay, yes but thats the truth. Sementara itu, sebetulnya saya masih agak menyangkal bahwa saya hamil karena ya ampun baru juga berapa hari nikah sih, masa uda isi aja. Jadi riset saya tentang "false positive pregnancy" lanjut terus.

Secercah harapan datang ketika saya membaca bahwa sangat mungkin uji kehamilan rumahan memberikan hasil positif yang gak akurat alias "false positive". Baca-baca lebih lanjut juga makin menguatkan harapan saya bahwa meskipun saya sungguh-sungguh hamil, bisa saja saya keguguran karena kelelahan fisik dan mental yang saya alami beberapa hari sebelumnya. Keywords: 25 kilo bagasi, 7 kilo backpack, 3 hari, 4 kota.

Besoknya, karena masih penasaran, saya coba tes lagi begitu saya bangun tidur --berharap semoga yang kemarin cuman tanda positif palsu karena yaa mungkin saja alatnya kerendem urin kelamaan kan hehehe. Tapi ternyata hasilnya masih bergaris dua, cuman bedanya garis yang kedua ini agak lebih samar gitu dibanding yang kemarin. Padahal kan saya ngetesnya pagi-pagi banget, pake urin seger yang katanya mengandung paling banyak hCG alias human chorionic gonadotropin alias hormon kehamilan. Tapi, biarpun samar kaya gitu, S dan saya udah mulai omong-omongan serius banget. Kami jelas belum bisa punya bayi dengan kondisi seperti itu: saya gak pegang asuransi di sini jadi biaya melahirkan pasti selangit, orangtua saya dua-duanya bekerja di Malang jadi gak bisa dititipin, dan yang paling krusial: kondisi ekonomi setara gelandangan waktu itu gak bisa untuk menyokong satu lagi makhluk hidup dalam rumah tangga kami.

Kepala saya cekot-cekot banget. Mana saya tuh bawaannya sensi terus sama suara-suara ribut yah waktu itu. Kayanya denger orang ngomong agak keras tuh udah pengen nge-"ssssttt jangan berisik" aja gitu. Mana ada di tempat asing pula, udah deh lengkap rasa disorientasinya. Waktu itu saya cuman pengen makan makan makan terus tidur mengunci diri di kamar.

Besok harinya, kami udah bulet sama keputusan bahwa kami gak bisa punya bayi ini. Aborsi adalah hal yang legal di Australia Barat dan saya langsung telepon klinik pertama yang saya temukan di mesin pencari. Saya dihubungkan ke nomer obgyn yang paling deket sama wilayah saya tinggal. Sama sekretarisnya, tanpa babibu saya bilang saya mau menterminasi kehamilan. Dia tanya kira-kira berapa minggu saya hamil and I was like hmm probably just a week?

Mbak-mbak di ujung telepon ketawa. Mungkin saya dikira ABG korban pergaulan bebas yang takut-takutan -__- Akhirnya saya dijadwalkan untuk ketemu dr. Pedlow hari itu juga jam 4 sore. Biaya terminasinya flat $500 yang udah mencakup konsultasi dan sonogram. Sebelum berangkat tak lupa saya cek pake test pack untuk yang terakhir kalinya siapa tahu tiba-tiba terjadi mukjizat dan garisnya tiggal satu.

Nope, didn't happen. Saya tetep hamdun.

Jam 3.30 saya berangkat ke kliniknya yang ternyata gak sampe 5 menit dari tempat saya. Antreannya alamakjang panjang banget. Pas registrasi ulang di konter, mbaknya langsung tahu tujuan saya dan ngasih saya berlembar-lembar artikel tentang risiko-risiko aborsi baik yang secara surgical maupun obat-obatan yang wajib saya baca sebelum saya melakukan tindakan. "Cacat rahim, sepsis, kematian..."



Oke suwun salah waktu banget, gak usah dibaca aja. S megangin tangan saya yang berubah jadi dingin lagi and he was like "don't worry we can always try again". Preeett... Laki-laki mah tau apa soal hamdun dan ngerinya orang yang bentar lagi akan menjalani terminasi gara-gara perbuatannya.

Baru sekitar jam 5 kami dipanggil masuk. Saya lupa saya daftar pake nama belakang suami saya jadi pas dipanggil saya dongo. Dokternya sih udah agak tua dan gak pake jas putih gitu. Saya pikir dia juga pasien. But he's a nice person ya. Dia kayanya udah baca report dari mbak sekretarisnya itu soal saya mau "terminating a week pregnancy" dan mukanya kayak nahan ketawa. Saya kasih lihat 3 biji test pack saya yang bergaris dua dan setelah itu dia bilang saya kayaknya bener-bener hamil. Dia juga bilang saya BOLEH buang test pack tersebut di tempat sampah yang dia tuding pake telunjuknya. Secara reflek saya buang benda-benda itu jadi sekarang kalian tahu kenapa gak ada foto test pack di blog ini sebagai bukti kejadian itu benar-benar nyata.

Terus saya dicek pake sonogram. Pas saya udah rebahan dan dokternya ngasih gel di perut saya, gelnya jatuh dong ke sepatu saya di bawah ranjang periksa. Dengan paniknya dokter itu langsung ngangkat sepatu saya dan dia bersihin aja gitu pake tangan telanjang. Saya dan suami saya sampe terpukau -__-

And here we go, akhirnya saya disonogram. Saya jujur aja gak liat apapun kecuali burem-burem item di layar. Kata dokternya sih, emang ada pertumbuhan keciiiil banget di dalem rahim. Because I was really curious when it happened, saya tanya dokternya kira-kira itu umur hamilnya berapa hari. Dan apa coba yang dia bilang? Dia bilang itu 2.5 weeks alias 17 hari and we were just getting married 17 days before! Pas saya bilang kayak gitu ke Pak Pedlow, eh dia ngakak dong. Ngakak kenceng dan lama sambil bilang "yea sometimes that happens".


Terus saya disuruh duduk dan diajak lihat-lihat hapenya yang isinya gambar-gambar janin dari berbagai umur kehamilan. Ini dokter bayarannya gede banget kali ya, bawaannya nyantai pengen jelasin semua gitu. Saya udah gak konsen, saya pengen langsung dapet tindakan. Makin lama di ruangan itu bukannya makin santai, saya cuman makin pusing. Akhirnya saya tanya si Pedlow, kapan nih bro, terminasinya?

To which he replied "I would suggest that we wait"

APPAAAAA??? NUNGGU LAGEEEHHH???
Saya udah berasa keliyengan, pusing mikirin masa depan, badan capek gak karuan dan saya disuruh nunggu. Ketika benda di perut saya masih terasa seperti "sesuatu yang tidak direncanakan", saya bisa dengan mudah minta "dia" diterminasi. Tapi kalo harus nunggu, saya takut perasaan keibuan saya akan muncul dan menimbulkan masalah yang lebih besar seandainya emang kehadirannya harus dibatalkan begini. Nah, I can't wait anymore.

Saya tanya kenapa saya harus nunggu. Dokter itu bilang, pertumbuhan dalam rahim saya masih terlalu kecil dan dini untuk "diapa-apakan". Semua kemungkinan bisa terjadi, dia bilang. Kemungkinan terburuk adalah dua minggu lagi dia akan membesar dan resmi jadi janin kayak gambar-gambar di hape dokter itu...

or else, saya akan dapat haid beberapa waktu lagi jika emang bener dugaan dokter itu bahwa saya saat itu cuman agak hamil karena hasil pembuahannya gak bener-bener nempel di rahim alias cuman CHEMICAL PREGNANCY.

Pas saya googling-googling sebelumnya sih saya sempet baca soal chemical pregnancy. Bahkan, false positive pregnancy yang saya sebut di atas itu dikategorikan chemical pregnancy sama studi ini. Tapi saya gak percaya hal itu bisa terjadi sama saya beneran. Akhirnya, dengan penuh pengharapan, saya setujui saran dr Pedlow untuk menunda terminasi sambil nunggu siapa tau saya cuman beneran agak hamil dan bakalan haid beberapa waktu setelahnya. Perasaan saya agak plong waktu keluar dari ruangan periksa, batal ngeluarin $500 dan cuman kena $136 sebagai biaya sonogram dan konsultasi.



Beberapa hari berlalu dan sore itu adalah hari pertama saya mulai kerja. Saya di kamar mandi bareng S terus tiba-tiba S nunjuk ke lantai.

Dia lihat darah.

And I was like yeaaaayyyy.... Saya gak pernah sebahagia itu ya cuman gara-gara dapet haid. Tapi sumpah, rasanya legaaa banget saya gak jadi hamil. Bukannya saya gak bersyukur ya dikaruniai sesuatu yang sangat besar di hari pertama saya menikah, sementara pasangan-pasangan lain menunggu cukup lama untuk diberi anugerah ini. Saya bersyukur kok, cuman saat ini kondisi belum memungkinkan dan Tuhan jelas tahu yang terbaik.

Oh ya, soal chemical pregnancy sendiri, sejauh yang saya tahu dari baca-baca ya, dia bukan kehamilan di luar rahim (ektopik) ya kalo ada yang mengira gitu (beberapa temen saya sempat ngira gitu). Di artikel NCBI ini, chemical pregnancy disebut sebagai biochemical pregnancy dan didefinisikan sebagai keguguran pada masa sangat awal kehamilan. Hamilnya sih beneran hamil karena sel telur sempat dibuahi sel sperma dan menghasilkan hormon kehamilan hCG yang terdeteksi test pack, tapi kemudian blastosisnya gak tumbuh lagi/gak nempel sehingga kantung kehamilannya gak kelihatan waktu diUSG. Urusan sama hCG alias hormon itu tadi yang menyebabkan istilahnya "chemical" karena kehamilan ini hanya terdeteksi di level kimia. Di artikel yang sama juga disebutkan bahwa 50-60% kehamilan pertama perempuan biasanya berupa chemical pregnancy kaya gini. Bahkan, diperkirakan bahwa 25% wanita hamil gak pernah sadar dirinya mengalami chemical pregnancy karena gugurnya bayinya juga tanpa gejala gitu, cuman keluar darah kaya haid biasa aja. Saya juga waktu itu haidnya biasa aja, gak mules gak berat. Bener-bener kaya haid normal gitu (cuman bedanya udah kadung keluar $136 yang mestinya bisa disimpen seandainya gak panik minta buru-buru terminasi hehehe)

Soal penyebabnya, di artikel itu disebutkan bahwa stres dan kerusakan DNA pada sperma diduga merupakan biang kerok keguguran dini ini. Stres sih iya, tapi ih masa suami saya masih muda gitu bawa sperma rusak? Hehe dugaan saya mungkin akan dimentahkan dr Pedlow dan temen-temennya, tapi saya 99% yakin bahwa kasus chemical pregnancy saya disebabkan oleh hal lain, yaitu: konsumsi after morning pill. Hahahaha... Jadi ceritanya saya kan gak KB ya di awal nikah itu, baru deh pagi-pagi sebelum berangkat ke Bali untuk honeymoon, saya pergi ke apotek minta after morning pill yang paling manjur dan dikasihlah saya yang buatan Eropa lupa negara mana, yang cara kerja obatnya menurut leaflet adalah mencegah terjadinya implantasi zigot ke rahim. Jadi obat itu gak mencegah sel sperma bertemu sel telur. Artinya? Dalam pemahaman saya yang awam ini ya pembuahan jelas terjadi karena saya nikah di tanggal subur, cuman zigotnya gak nempel aja di rahim gitu. Correct me if I am wrong yaa...

Saya lupa cerita ke Pak Pedlow soal saya minum after morning itu tapi sempet cerita ke temen saya yang dokter umum soal chemical pregnancy ini dan dia malah bingung gak pernah denger. Dia bilang itu abortus spontaneous, tapi di artikel yang saya yakini 100% kesahihannya ini, chemical pregnancy dibilang bukan abortus spontaneous. Nih saya quote dikit yah biar kayak skripsi:
"The transient rise in hCG that characterizes a chemical pregnancy is distinct from the widely recognized outcomes of a clinical pregnancy, which include spontaneous and induced abortions, ectopic pregnancy, and delivery."
Walaupun sama-sama keguguran secara misterius, abortus spontan termasuk kehamilan klinis yang artinya telah terjadi implantasi pada rahim, sedangkan pada chemical pregnancy, blastosisnya gak sempat nempel sama sekali di rahim.

Kalo mau baca informasi lengkap tentang chemical pregnancy yang sahih, klik aja link ini.

Ya itu deh pengalaman saya sama chemical pregnancy. Seru banget kan hari pertama nikah langsung hamil terus keguguran gitu aja. God knows best deh emang waktu terbaik untuk semuanya. Makasih udah baca tulisan saya ya... Stay happy, stay healthy and stay protected (yang udah nikah hehehe).