Saturday, June 27, 2015

Mahar Pernikahan

(Diedit Pada 29 Juni 2016)

Hmm, sebagaimana banyak pos lain di blog ini, tulisan tentang mas kawin alias mahar pernikahan ini telah mengalami penyuntingan besar-besaran setelah saya sadar bahwa pembaca blog ini datang dari berbagai kalangan dan bukan hanya teman-teman facebook saya yang kebetulan ngeklik pas saya share link blog ini. Jika kalian membaca versi tereditnya, maka bergembiralah. Sesungguhnya versi aslinya sangat tidak enak dibaca dengan nada penulisan yang bisa disalahartikan sebagai congkak. Bukan gitu niatnya ketika kita ngomongin soal mas kawin kita sama orang lain, tapi ternyata kaya gitulah produk tulisan yang dihasilkan ibu rumah tangga ngaco yang udah lama gak bikin tulisan akademis (ibu rumah tangganya itu saya hehehe)

***

Sebelum memulai nulis, pertama saya perlu bikin disclaimer bahwa ini adalah pos tentang sharing, bukan pos persuasi apalagi propaganda. Yang nggak setuju monggo, yang setuju juga monggo. Bebas aja gitu tanpa ada pemalakan :-)

Yang udah lihat pos saya tentang isi seserahan pasti bisa menyimpulkan bahwa saya enggak terlalu all out soal seserahan kemarin. Barang-barang lawas aja dimasukin supaya seserahannya kliatan enak difoto. Tapi, itu semua ada alasannya kok: ini adalah alasan yang udah lama kami pikirin berdua. Bagi saya, seserahan itu kan cuman adat ya. Seserahan bukan syarat sah atau rukun nikah. Adat itu cuman kebiasaan manusia tertentu, jadi bukan ketentuan yang bersifat universal seperti agama. Walau kita nikah modal duit ceban doang, tapi kalo syarat lain terpenuhi ya tetep sah kan nikahnya.

Saya dan S untungnya sependapat soal ini. Baju, tas dan sepatu saya itu -- sebagaimana anak perempuan lain -- jumlahnya numpuk persis kayak dosa. Lagian, saya punya kecenderungan untuk gampang bosen sama sesuatu. Kalo udah bosen, jangankan baju dan aksesoris, pacar aja bisa saya tinggalin. Nah, saya kan nggak mau tonggak penting sejarah perkawinan saya yang udah dibeli dan dihias ribet-ribet, eh ditinggalkan begitu saja seperti mantan pacar yang ruwet.

Akhirnya setelah diskusi sama S tentang mahar, kami sepakat bahwa mahar itu emang seharusnya mudah, tapi jangan juga dimurah-murahkan kalo emang mampu. Mahar ini adalah bentuk komitmen awal dalam membangun rumah tangga, bukan sekedar simbol-simbolan. Oleh karena itu, kami sepakat untuk bermahar dengan sesuatu yang memiliki nilai jual. Monggo sama yang nggak setuju sama kami tentang hal ini, tapi kami rasanya gak sreg dengan mahar seperangkat alat sholat ala sinetron Indonesia.

Tapi kami nggak anti kok sama mahar berupa alat sholat itu. Silakan bagi yang ingin menjalankannya. Pikiran kami sederhana aja sih: S ingin orangtua saya yakin bahwa anak gadisnya diminta oleh laki-laki baik yang bertanggung jawab; yang bisa menafkahi anak gadisnya dengan layak dan bukan hanya dengan simbol. Lagipula, mahar itu akan kami manfaatkan berdua. Menurut kepercayaan yang saya anut sih, mahar itu nggak haram kok untuk dimanfaatkan sama suami jika istrinya rela. Jadi, nggak ada salahnya kalo sekalian dia beri sesuatu yang bernilai baik.

Udah berbuih-buih ya ceritanya.

Long story short, S memutuskan untuk memberi mahar berupa emas untuk saya. S bilang ingin memberi saya sesuatu yang jika kami lihat beberapa puluh tahun lagi, benda itu masih akan tetap sama -- persis seperti cinta kami (apa). Lebih bagus lagi jika benda itu bisa kami wariskan ke anak-anak kami ketika suatu saat kami pergi dari dunia ini.

Jadi gini ya ceritanya, beberapa tahun lalu, S sempat berpikir untuk berinvestasi emas gara-gara kebanyakan baca artikel yang judulnya "Kenapa Anda Harus Berinvestasi Emas Sekarang Juga", "Investasi Emas Anti Inflasi" atau "Belilah Emas Sebelum Dikuasai Amerika"....

......ya artikel-artikel kayak gitu lah. Pernah kan sekilas baca? Meyakinkan banget ya isinya? Padahal juga akhir-akhir ini emas turun harga yang artinya kalo emas yang kalian beli mahal itu dijual, kalian malah akan rugi bandar ._. Investasi emas yang bener itu adalah membeli ketika harga emas rendah dan menjual ketika harga emas tinggi. Kapan ya terakhir kayak gitu? Mungkin jaman kuda gigit besi 20 tahun lalu. Anyone who's interested in investing in gold, let me tell you something: DON'T. Emas gak pernah murah dan gak pernah naik banyak sekarang. Mungkin nanti. Mungkin. Sementara masih berupa mungkin, mending buka usaha sana. Jual-jual kopi kek, beras kek, makaroni pedes kek... Hasilnya jauh lebih kliatan daripada nyimpen emas.

Emas-emas itulah yang akhirnya S berikan sebagai mas kawin sama saya. Plus cincin dan gelang yang S kasih pas dia mengkhitbah saya bulan Desember 2014. Pas tahu bahwa maharnya akan berupa emas, ibu saya sih lempeng-lempeng aja. Tapi, pas tahu besarannya, ibu saya kaget dan minta kami untuk ngurangin jumlahnya. "Nanti dikira orang, kamu matre dan mau pamer" katanya. Nope nope. Bukan matre, bukan juga pamer. Apalah untungnya kita pamer sama hal-hal seperti ini? Gak bakalan bikin kita mendadak jadi juragan batu bara kan?

Akhirnya kami jelaskan niat kami dengan bermahar seperti itu. Nabi kita yang menggalakkan hidup sederhana kan juga gak ngasih mahar istri-istrinya seperangkat alat sholat kan? Emang yang sungguh-sungguh gak mampu boleh aja ngasih cincin besi, tapi yang mampu sih gak ada salahnya kata saya untuk memberikan sesuatu yang sekalian layak dan bagus.

Kesimpulannya, duh siapalah saya ini untuk bikin kesimpulan atas sesuatu yang semua orang punya hak untuk menentukan sendiri. Cuman, kalo boleh berpendapat sih menurut saya menyederhanakan seserahan dan membaguskan mahar itu punya nilai proporsional karena yang saya sebut pertama adalah sunnah, sedangkan yang saya sebut belakangan adalah wajib. Duh maklumilah pendapat remahan rengginang yang fana ini.


tanda tangan buku nikah


Ini nih, saya kasih gambar pas suami saya tanda tangan buku nikah. Saya kliatan mata duitan ya di foto itu. Itulah ekspresi tegang saya. Saya sendiri aja kaget "galak banget mukaku". Oh iya, buat info aja, itu kotak akriliknya (beserta semua kotak akrilik seserahan) dibuatin sama om saya. Alasnya kayu dan bantalannya dari beludru hitam yang diisi serat dakron. Kembangnya dari kembang pajangan di vas rumah orang tua saya hahahaha. Oh dan itu bantalannya disilet mengikuti bentuk dasar emasnya gitu, jadi emasnya bisa berdiri tanpa goyang dombre.

Semoga pos tentang mahar pernikahan ini berguna ya!

Friday, June 26, 2015

Apa Saja Isi Seserahan?

Ya ampun, saya masih gak percaya semakin banyak yang baca pos ini. Awalnya saya cuman iseng nulis pos ini malem-malem nungguin suami saya pulang kerja gara-gara bosen aja, terus saya share di facebook. Lama kelamaan, makin banyak visitornya. Padahal, bahasa yang saya pake nulis pos ini mega amburadul dan kontennya gak jelas banget. Saya jadi kasihan sama yang kesasar baca pos kaya gini, jadi yaudah deh saya permak pos ini supaya lebih enak dibaca gitu.

Berkaitan dengan upacara pernikahan, di banyak kebudayaan di Indonesia ini dikenal yang namanya seserahan, yang kalo disama-samain sama adat lain mungkin paling mirip dengan sangjit ala Tionghoa. Orang Jawa Timur seperti saya menyebutnya sebagai peningset. Pada praktiknya, seserahan ini adalah seperangkat pemberian tidak wajib dari pengantin lelaki pada pengantin perempuan. Beberapa orang yang saya kenal lebih suka mengerjakannya di saat lamaran, sedangkan saya lebih suka mengerjakannya di hari akad nikah.

Di beberapa sumber non-formal yang saya baca, orang Jawa punya syarat-syarat tertentu soal pengadaan seserahan ini karena konon ada simbol yang dikandung di dalamnya. Seperangkat pakaian, misalkan, dimaknai sebagai komitmen seorang perempuan untuk selalu menutupi aib keluarganya. Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang melibatkan makanan-makan lengket dan kosmetik yang bisa kalian google kalo emang pengen tahu banget :)

Cuman yah, kalau dikembalikan pada opini saya, saya akan cari cara yang paling sederhana dalam hal apapun termasuk urusan seserahan. Inget kan, seserahan itu bukanlah hal wajib? Jadi, untuk departemen seserahan ini, saya memutuskan hanya memasukkan barang-barang yang jelas akan saya pakai dalam jangka panjang. Pertama-tama, saya mengedepankan asas manfaat dari semua seserahan yang saya beli. Kalo kata saya sih, buat apa kan belain beli sesuatu demi tradisi kalo emang gak ada manfaatnya sama sekali? Kedua, orang yang suka berbuat mubadzir itu sodaranya setan hayolooooh :D

Barang-barang lain yang bisa jadi nggak akan terpakai jika saya paksakan masuk di dalam paket seserahan saya adalah:
  • bahan kebaya karena kain-kain kesukaan saya umumnya yang gak bikin ketek basah hehehe. Gak ada juga orang di bumi ini yang bilang bahwa bahan kebaya adalah kain yang paling nikmat untuk dipakai. Secara tradisi katanya bagian bahan pakaian ini perlu masuk seserahan  sebagai simbol komitmen perempuan untuk menutupi aib keluarga tadi, tapi kalo saya sih biar deh nanti aib keluarga saya tutup pake katun aja lah biar gak gerah.
  • jarit dan stagen karena asli deh saya nggak tahu mereka itu apa sampai akhirnya saya googling. Ternyata, yang pertama adalah kain untuk bawahan kebaya yang biasanya saya lafalkan sebagai jarek dan yang kedua adalah semacam korset dari kain belasan meter gitu. Temen saya yang baik sih pernah ngasitau saya bahwa jaritnya itu sebetulnya dimaksudkan untuk menutupi mayit kita ketika kita anu nanti dan stagennya untuk korset perut setelah melahirkan. Wow saya baru tahu ada makna sedalam itu di balik benda-benda tersebut, tapi gak deh males.
  • peralatan mandi karena yaaa males aja masukin yang udah pasti punya di kamar mandi masing-masing terus dihias-hias kaya barang penting gitu. Lagipula dijamin deh saya ngga akan punya space untuk bawa itu semua ke ostrali entarannya.
  • kosmetik lengkap karena waktu itu saya ngga make kosmetik dalam jumlah besar sih. Sekarang sih iya dandan dengan merk yang lebih layak di rumah karena ada suami, tapi waktu itu kosmetik saya adalah merk-merk membosankan bagi kalian para beauty junkie: bangsa Viva dan bedak label kuning buatan farmasi yang apoteknya di mana-mana itu (masukkan gambar potong leher di sini). Alhamdulillah masa kegelapan sudah pergi, kini kosmetikku lebih fotogenic.
  • produk perawatan kulit karena gak kalah memalukannya dari poin nomer 5, waktu itu saya masih rookie di bidang perawatan kulit dan belum nemu holy grail kaya sekarang. Waktu itu yah, saya masih suka nempel-nempelin bumbu dapur di muka gara-gara kebanyakan parno sama gosip tentang ingredients kosmetik pabrikan yang katanya bahaya -_- Tapi alhamdulillah kebodohan ternyata bisa diobati dengan hidayah dari Allah SWT sama banyak baca informasi dari sumber yang bener.

Terus, setelah mengeliminasi beberapa hal di atas, saya putuskan untuk cuman memasukkan yang pasti kepake dan gak bakalan menuh-menuhin bagasi Airasia yang cuman 25 kilo di dalam seserahan saya. Daftarnya bisa dibaca di bawah ini ya.
  1. Tas merah merk Bellagio (Rp 550.000,00 beli di MOG) Kenapa Bellagio? Waktu itu kan saya gak sengaja baca majalah bisnis SWA online tuh, terus saya baca bahwa pemilik Bellagio (dan Gosh dan Rotelli) itu ternyata seorang warga negara Indonesia lulusan MIT!!! MIT ya ampun MIT!!!
  2. Sepatu terbuka warna merah  dan wedges warna rose gold merk Donatello (Rp 450.000,00 beli di konter Donatello) Kenapa Donatello? Karena males beli sepatu mahal palingan juga made in china. Bukannya kenapa-kenapa sih kalo Made in China, cuman kalian pernah baca informasi soal fast fashion belum? Klik gih link yang saya kasih. Gara-gara tahu informasi soal fast fashion itu saya jadi males banget beli-beli outfit trendy dan buatan negara-negara berkembang.
  3. Peralatan sholat (gak dipakein harga karena ini dikasih mama saya dikasih temennya). Secara figuratif, sebetulnya agak janggal bagian ini kata saya. Tapi ya udahlah gak usah didiskusikan di sini daripada dikira gimana-gimana sama yang gak sependapat.
  4. Clutch bling-bling warna hitam dan clutch bling-bling warna putih (sekitar Rp 1.500.000,00 tapi gausah dihitung karena ternyata diminta lagi sama mama saya.
  5. Sweater, blouse sama skirt sebiji (Rp 600.000,00) semua beli di J-Rep Mall Olympic Garden pas diskonan. Nasib benda yang pertama sih aman, yang kedua dan ketiga entah ada di negara apa deh sekarang. Ngilang pas saya balik ke Malang.
  6. Sunnglasses Charles and Keith (kalo gak salah Rp 210.000,00). Ini sunnglasses umurnya udah 3 taunan kali ya. Saya beli sama S di Puri Indah jaman magang di Metro TV dulu. Dimasukin ke seserahan jelas buat menuh-menuhin aja dan supaya cakep difoto. Oh, sama buat inget-inget jaman hidup masih gak enak dulu.
  7. Jam tangan Guess (Rp 999.999,00) Ini juga jam lauwas banget. Kado dari S pas kami anniversary an kalo gak salah. Kulitnya warna pink dan jamnya warna emas bunga-bunga. Dimasukin ke seserahan dengan alasan yang sama persis kayak nomer 6 di atas. Ini jam malu-maluin sumpah. Jadi saya pernah kan pake jam ini pas ada dosen saya pake jam yang mirip bentuknya. Temen saya lihat, terus nyeletuk "Wah jamnya kaya punya Li tuh". Dosen saya denger dan refleks menyahuti "Sorry ya, punyaku Guess asli ya!" hihihi back in the day Guess pernah jadi merk high-end di kota kecil ini sepertinya.
  8. Kosmetik (sekitar Rp 900.000,00) Isinya demi apa juga gak penting banget. Ada Batiste sampo kering dibeliin S di Target, bedak BYS dan blush BYS beli di mall di Perth yang ada K-Martnya itu apa ya namanya? (malah nanya), kabuki brush merk Tammia yang awet banget sampe sekarang bulunya masih layak, parfum merk Victoria Beckham beli di Chemist Warehouse sama lipen wardah 2 biji hihihi.
  9. Kalung alay model rantai-rantai gitu beli di Mangdu (Rp 50.000,00) Menilik dari kencengnya bunyi bipbip kalung ini di scanner di Abdulrahman Saleh, Ngurah Rai, dan Perth, kayanya laku mahal ini kalo dikiloin.
Hmm udah, gitu doang. Tanpa memasukkan sunnglasses dan jam tangan, totalnya cuman 2,5 juta. Semuanya saya beli beli sendiri, pake duit duit sendiri, dihias-hias sendiri udah kaya lagu Mansur S deh. Duh jangan bayangkan pernikahan saya sebagai pernikahan konvensional di mana dua belah pihak keluarga ketemu beberapa kali, ngomongin upacara, ini dibayar sini itu dibayar situ... Boro-boro deh bisa begitu: semuanya gak ada yang mengandung bau tradisional. Ain't nobody got time for that hehehe.

Oh iya, kemarin di traffic source saya, ada yang masukin kata kunci "harga kotak akrilik seserahan" dan nyasar di blog ini. Yang saya pernah dapet harga dari suatu usaha pembuatan mahar-mahar terkenal di Bandung yah, harga per kotaknya adalah Rp 500.000,00. Yak betul, dikau tidak salah baca. Setengah juta per kotak. Hanya disewakan pula, bukan dijual. Punya saya sih dibuatin adenya mama saya sebagai hadiah untuk kami. Waktu itu kalo gasalah mama saya cuman beli akrilik per lembar, kayu dan lemnya dengan harga total Rp 600.000,00 dan menghasilkan empat kotak besar dan dua kotak kecil seperti yang bisa dilihat di bawah ini

No pic = hoax ya? hehehe yaudah ini nih penampakannya. 

tak lupa tampilkan buku nikah biar meyakinkan



































Udah yaa... Sampe ketemu di pos-pos lain kalo saya masih mood ngeblog!
#PasangEmotLopeLope